Tuesday, January 12, 2016

Thantawi, Yatim Tuna Netra yang Hafiz Quran


THANTAWI. Itulah nama yang diberikan oleh orang tuanya pada remaja berusia 13 tahun itu. Hingga kini Thantawi belum pernah melihat wajah ayah bundanya dan juga bagaimana rupa alam semesta ini. Ya, Thantawi memang memiliki keterbatasan fisik. Sejak lahir ia tidak bisa melihat atau mengalami tuna netra.
Remaja itu memang mengakui ia memiliki kekurangan. Tapi caranya menerima kekurangannya itu sungguh luar biasa. Meski kedua matanya tak bisa melihat, Thantawi tak ingin mata hatinya juga ikut buta. Prestasinya membuat kita berdecak kagum. Siapa sangka jika ia sudah menghafal lima juz kalam Illahi.
Thantawi merupakan remaja kelahiran Sigli, Pidie. Pada Selasa, 12 Januari 2016 kemarin ia datang ke Takengon untuk menghadiri undangan maulid Nabi Muhammad SAW yang dibuat Kesejahteraan Masyarakat Aceh Pesisir (KMAP) Takengon. Di acara itu ia tampil membacakan lantunan ayat Alquran, qasidah dan salawat badar.
Syair-syair qasidah yang dibawakannya berkisah tentang perihnya derita yang ditanggung seorang tuna netra. Dalam syairnya disebutkan bahwa ia sangat ingin menatap paras ibunda, ayah dan keluarganya. Namun keinginan itu jauh panggang dari api. Kendati demikian, Thantawi terlihat tegar saat menyebutkan Allah Maha Adil atas segala pemberiannya terhadap mahkluk yang telah diciptakan. Ia bersyukur kala dua bola matanya tak bisa melihat. Karena mata hatinya justru begitu jelas melihat kalam Illahi.
Di usianya yang masih belia Thantawi sudah menyandang predikat sebagai yatim. Ayahnya sudah tiada. Saat ini ia mondok di Madrasah Ulumul Qur'an Desa Meunasah Tijue, Kecamatan Pidie, Kabupaten Pidie. Ia diasuh oleh Teungku Saifullah, pimpinan pesantren sejak berusia 10 tahun. Di sanalah Thantawi mengasah kemampuannya dalam menghafal Alquran.

"Dari sekitar 150 santri, hanya Thantawi sendiri anak tuna netra. Tapi ia bisa dibanggakan, otaknya cerdas. Cuma kalau ditanya nama ayah dan ibunya saya sudah lupa," kata Saifullah kepadaportalsatu.com usai ceramah di Balai KMAP Takengon, pukul 00:45 wib dini hari tadi, Rabu, 13 Januari 2016.
Ia bercerita, awal mula Thantawi bergabung di pesantren pimpinannya itu saat ia mendengar suara merdunya dalam lomba Tartil baca Alquran pada event tahun baru Hijriyah tahun 2012 lalu di Sigli. Kala itu Saifullah bertindak sebagai juri. Bermula dari kebanggaan Saifullah terhadap Thantawi, akhirnya Saifullah mengajak Thantawi untuk tinggal bersamanya. Permintaan itu juga disambut baik oleh Thantawi yatim.

"Suaranya sangat merdu. Kala itu Thantawi juga sudah mampu menghafal Alquran," kata Saifullah.

Mekanisme pembelajaran yang diterapkan sebut Saifullah, hanya dengan mengandalkan hafalan yang dilakukan secara berulang-ulang. Tidak ada penggunaan Alquran braile (Alquran timbul khusus tunanetra) di sana layaknya pembelajaran khusus untuk tuna netra.

Perhari kata Saifullah, Thantawi terkadang mampu merekam seperempat halaman ayat suci. Satu kemampuan di atas rata-rata pada anak usianya.

Bocah yatim itu kini betah menuntut ilmu di Madrasah Ulumul Qur'an. Pesantren itu didirikan pada 2006 silam. Pimpinan pesantren, Saifullah, juga mengaku telah melahirkan 18 penghafal Alquran 30 Juz. 10 orang di antaranya santriwati.

Pesantren binaan pemerintah Pidie itu ujarnya, fokus pada Tahfiz Alquran. Hingga kini, murid tertuanya bernama Ustaz Zulfan, 22 tahun, warga Grong-Grong, Pidie. Ia sudah mampu menghafal 30 Juz wahyu Allah. Murid termudanya adalah Syibral Malasi, 11 tahun, warga Breunun. Ia sudah mampu menghafal 8 Juz Al-Qur'an.[] (ihn)

Romeltea Media
BI HABA Updated at:
Get Free Updates:
*Please click on the confirmation link sent in your Spam folder of Email*

Be the first to reply!

Post a Comment

 
back to top